Kamis, 01 Desember 2022

Catatan Wisuda ke-7: Dua Bulan yang Penuh Drama



Pengalaman menuju prosesi Wisuda angkatan ke-7 STAIN Sultan Abdurrahman Kepri tahun ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya untuk diriku pribadi. Bukan karena saat ini diriku berstatus sebagai sekretaris Senat STAIN Kepri yang dapat jatah duduk di barisan depan bagian tengah bersama ketua senat sehingga peluang masuk dalam setiap jepretan camera. Itu hanyalah “riya” belaka. Ada kisah menarik nan seru.

Jikalau tidak salah ingat, ada 15 orang mahasiswa bimbinganku yang turut serta menjadi wisudawan/wisudawati. Itu yang formal alias resmi terdaftar. Tapi yang nonformalnya, lebih dari itu. Mereka itu adalah penyabar. Sudah jadi rahasia umum di kalangan mahasiswa bahwa proses bimbingan skripsi denganku agak ribet dan dengan waktu yang singkat. Itu yang sering dikeluhkan mahasiswa, yang baru berani mereka utarakan setelah selesai proses ujian skripsi.

Saya meminta komitmen mereka untuk menyelesaikan skripsi sesuai dengan waktu yang mereka sanggupi. Ada yang sebulan setengah. Ada yang dua bulan. Ada juga dua bulan setengah. Inilah yang membuat waktu mahasiswa itu terasa pendek. Ada yang dari Prodi Hukum Keluarga Islam (HKI). Ada yang dari Prodi Hukum Ekonomi Syariah (HES). Dan juga dari prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT). Untuk yang terakhir ini, tentu temanya yang agak sesuai dengan kemampuanku pula.

Mereka awalnya mengaku belum siap dengan komitmen waktu itu. Tapi ada juga yang cukup pede dengan waktu sebulan. Nyaris setiap pekan ada saja mahasiswa yang bimbingan sejak akhir Mei 2022 lalu. Di tengah perjalanan, mereka saya “teror”. Ini betul-betul teror yang membuat mereka tidak nyaman jika hanya bersantai. Teror itu saya lakukan melalui Chat di WhatsApps dan pesan melalui temannya.  Teror pesan WhatsApp itu tidak terlalu efektif karena terkadang mereka sering sengaja tidak baca pesan yang saya sampaikan.


 

Foto bersama anggota Senat STAIN Sultan Abdurrahman Kepri
sebelum prosesi wisuda angkatan ke-7 tahun 2022


Ada teror yang paling efektif, yakni menitip pesan kepada temannya yang bimbingan lebih awal. Ini adalah trik saya. Saya meminta kepada yang baru selesai bimbingan untuk datang lagi bersama dengan mahasiswa bimbingan saya yang lain, yang sudah lama tak muncul alias menghilang. Pesan yang saya sampaikan ialah bimbingan yang akan datang harus datang bersama dengan temannya itu. Jika tidak datang bersama, maka saya tidak melayani.  Dan teror ini paling efektif ketika hanya tinggal tanda tangan saja. Saya baru menandatangani persetujuan atau ACC itu setelah ia berhasil menyokong teman yang lain.

Belakang saya mengetahui dari beberapa mahasiswa lain tentang pola yang saya praktik itu. Tentu saja, mereka baru berani cerita setelah mendaftar untuk ujian skripsi. Bahkan, ada lebih leluasa bercerita blak-blakan setelah ujian skripsi. Mungkin karena merasa tidak punya beban lagi. Mereka merasa dongkol , kesel, sakit hati dan mau marah.

 

Seru-seruan bersama yang lagi berbahagia setelah wisuda


“Awalnya kami sempat kesel pak,” kata seorang dari mereka. Ia membandingkan dengan teman-temannya yang lain, yang tidak seribet bimbingan dengan saya, dan draf skripsinya tidak terlalu banyak perbaikan. “Paling salah tulis, suruh tambah materi lagi,” ujar dia, yang namanya tidak elok disebutkan di sini.

Sebenarnya, tidak semua mahasiswa bimbingan saya itu saya buat sulit. Saya juga melihat kemampuan mereka. Apabila saya nilai mereka mampu, maka saya pun akan membimbing dengan lebih seksama lagi, lebih dalam, dan lebih mendapatkan perhatian. Tidak saya pukul rata. Saya juga tahu batas kemampuan mahasiswa. Tetapi yang paling pokok dan paling penting dalam skripsi ialah “Sistematika Penelitian Ilmiah”. Syarat ilmiah itu adalah mampu berpikir sistematis. Dalam tulisan ilmiah sering disebut “logika ilmiah”.  Maka, bagi mahasiswa yang belum mampu, setidaknya logika ilmiah dalam skripsinya itu terpenuhi. Itu saja.

Terlepas dari proses mereka yang seperti itu, tak ada sedikitpun niat dalam diri ini untuk mempersusah dan mempersulit. Itu semua dilakukan agar bisa focus mengerjakan skripsi dan juga bisa selesai cepat. Di Skripsi ini penuh dengan godaan; rasa malas, ingin bekerja dulu, tunggu waktu mepet, dan lain sebagainya. Nah, hal itu yang sering membuat skripsi jadi terbengkalai dan akhirnya tidak bisa lulus tepat waktu. Sebab itu, setiap mahasiswa yang bimbingan dengan saya, harus punya komitmen menyelesaikan dalam waktu maksimal dua bulan saja. Menurut saya, dua bulan adalah waktu yang ideal untuk mengerjakan skripsi.

Jika ada yang menyebutkan, “Skripsi orang syariah itu sudah,” “Skripsi tarbiah itu harus ke lapangan, tidak bisa cepat,” “Skripsi di Ekonomi harus begini dan begitu,” dan seterusnya, maka pernyataan demikian itu kurang tepat. Sebab semua itu sudah dipelajari selama proses belajar enam semester. Kalau merasa sulit dan susah, berarti prosese perkuliahnya tidak dijalankan dengan baik.

Ya, kini semua itu sudah berlalu. Kalian semua sudah menjadi sarjana dan sudah dikukuhkan pada prosesi wisuda angkatan ke-7 ini. Semoga saja ilmunya bermanfaat dan saya doakan semoga cepat mendapatkan pekerjaan sesuai yang diminati. Jika memungkinkan, lanjutkanlah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Siapa tau kelak justru kita bisa menjadi teman sejawat di kampus yang telah mengantarkanmu menjadi sarjana ini. []

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html

Posting Komentar