Layar monitor berita di kantor tempat saya bekerja
menunjukan angka yang fantastis untuk pembaca berita penerimaan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) 2017. Berita-berita perihal CPNS ini selalu menempati urutan
lima besar. Tentu saja itu berdampak pada tingginya trafik pengunjung laman web
Tribun Batam di banding hari-hari biasanya.
Contoh Tampilan Laman Web Penerimaan CPNS 2017 |
Informasi lowongoan CPNS kali ini merupakan tahap kedua
setelah sebelumnya pemerintah melalui Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN RB) telah melakukan pembukaan lowongan.
Namun, jumlah formasi yang dibutuhkan tidak banyak karena hanya beberapa lembaga
negara saja. Terbanyak ialah dari kementerian Hukum dan HAM yang memiliki
direktrot banyak di bawahnya.
Pada pengumuman lowongan formasi CPNS tahap kedua ini,
jumlahnya lebih banyak, baik dari jumlah kementerian, lembaga, dan institusi
pemerintahan lainnya, maupun jumlah formasi yang akan dibuka. Maka, wajar saja
apabila warga menanggapi informasi itu dengan cepat karena ingin tahu lebih
lanjut perihal formasi-formasi yang di butuhkan. Namun, dari sekian banyak itu,
hanya satu saja kuota pemerintah daerah, yakni untuk pemerintah provinsi
Kalimantan Utaran (Kaltara), provinsi termuda di Indonesia.
Dari sejumlah pembaca atau pencari informasi perihal
lowongan di CPNS ini justru yang terbanyak datang dari pegawai honorer itu
sendiri. Kesimpulan perihal ini saya ambil dari beberapa pengalaman sebelumnya,
bahwa tidak sedikit honorer yang justru paling antusias ingin segera mendapatkan status sebagai Aparatur
Sipul Negara (ASN) ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kemudian urutan pembaca
kedua, lagi-lagi ini juga hanya asumsi dari pengamatan sebelumnya, adalah
kalangan mahasiswa yang baru lulus. Sangat wajar saja bila para sarjana muda
ingin menjadi PNS karena sebagian besar pekerjaan itu memang diimpikan oleh
warga Indonesia.
Ya, menjadi PNS itu bisa jadi sebuah cita-cita. Mengapa?
Alasan ini yang agak sulit untuk dituangkan dalam tulis dan juga sulit untuk
dijelaskan secara lisan karena biasanya memiliki tendensi subyektifitas yang
tinggi. Okelah. Saya akan tetap
menyebutkan beberapa alasan itu sebagai opini pribadi saya.
1. Generasi millenial tua (1980-an) masih dibayang-bayangi
oleh pengalaman masa lalu perihal kehidupan seorang pegawai negeri yang terlihat
begitu sejahtera. Setidaknya, hal itu bisa diambil contoh dari beberapa pegawai
negeri yang ada di lingkungannya. Hingga saat ini, pegawai negeri itu selalu
terlihat lebih sejahtera secara ekonomi. Bahkan, untuk urusan di perbankan
(lebih tepatnya soal kredit barang lah), mereka akan mendapatkan kemudahan.
Alasan lainnya, pensiunan dari pegawai negeri ini pun terlihat nyaman dan
sejahtera di hari tuanya. Kondisi ini tentu merangsang generasi millenial tua
ini untuk mencoba peraduan nasib dengan mendaftar PNS. Apalagi, dorongan dari orang tuanya pun kerap
untuk menganjurkan mencoba mendaftar. Artinya, ada sebuah gengsi ketika menjadi
seorang pegawai. hehehehe
2. Kondisi ekonomi yang sedang merosot saat ini juga menjadi
faktor lain. Saat ini banyak lulusan sarjana yang justru bekerja tidak memiliki
kesempatan yang lebih leluasa. Kalau pun ada, gaji seorang sarjana di
perusahaan swasta bisa dibilang sama dengan pekerja lain yang lulusan Sekolah
Menengah Atas (SMA) sederajat. Alasan ini yang kerap digunakan oleh pemerhati
ataupun motivator dengan mengatakan, “kemampuan adalah tolok ukur dalam
bekerja, bukan ijazah.”
Saya bahkan memiliki seorang teman yang lulusan magister
(S2) bekerja sebagai cleaning service (CS) karena gaji seorang lebih besar
daripada gaji pada pekerjaan yang dilamarnya menggunakan ijazah S2 itu. Menurut
kawan saya itu, alasan dia memilih menjadi CS itu karena menurut dia, “bekerja
untuk mencari penghasilan, bukan mencari pekerjaan.” Wow... kalimat itu
meluluhkan saya. Kalau hanya pekerjaan, kata dia, ada banyak tetapi penghasilannya
belum tentu ada atau sesuai harapannya. Sedangkan sebagai CS ia mendapatkan
upah sesuai UMK.
3. Aji mumpung mungkin menjadi alasan terakhir ketika
memilih untuk melamar menjadi CPNS. Mengapa? Nah, ini dia yang agak menarik. Nasib
orang memang tidak dapat ditebak. Sudah beberapa tahun pemerintah tidak membuka
lowongan untuk CPNS ini atau moratorium dengan alasan akan mengkaji kebutuhan
riil supaya tidak membenani anggaran negara. Wajar sajalah apabila selama
bertahun-tahun ini banyak tidak lagi mengharapkan untuk menjadi PNS. Namun,
ketika kran itu dibuka, mereka mencoba untuk mengadukan nasibnya. Inilah aji
mumpung. Siapa tahu diterima. Kalaupun tidak diterima, setidaknya sudah pernah
ataupun memiliki pengalaman bekerja di sektor swasta.
Setidaknya itu sajalah catatan fenomena lowongan CPNS 2017
yang begitu mendapat sambutan hangat dari masyarakat Indonesia. Semoga saja
yang mendaftar bisa diterima, wabilkhusus bagi mereka yang ngebet bercita-cita
menjadi seorang pegawai negeri. Dan berikut adalah link untuk formasi CPNS yang dibuka oleh pemerintah. Silahkan saja klik link di sini.
0 komentar:
Posting Komentar