Senin, 07 Oktober 2013
Rasakan Sejuk Air Gunung Daik Di Resun
Gemercik air terdengar begitu jelas usai memarkirkan sepeda
motor di dekat musola. Air itu jatuh begitu deras mengalir tanpa kenal musim.
Air terjun Resun, begitu nama yang dilebelkan untuk air terjun yang terletak di
desa Resun itu. Airnya mengalir dari pengunungan di tanah Lingga. Air terjun
Resun ialah satu di antara sekian banyak aliran air terjun dari gunung Daik.
Semakin dekat melangkah, semakin keras pula desiran airnya
terdengar. Dari tempat parkir itu, sudah terlihat tingkatan demi tingkatan dari
air tejun nan indah menawan ini. Tidak cukup rasanya jika hanya melihat
keindahan air yang mengalir di antara bebatuan besar itu tanpa merasakan dingin
air pegunungan Daik.
Setiap kali wisatawan yang datang ke Daik, hampir semua
menyempatkan datang ke air terjun ini. Lokasinya yang mudah dijangkau memungkin
siapa saja bisa datang. Apalagi, pemerintah telah membangun jalan beraspal
menuju lokasi itu. Wajar, bila setiap
akhir pekan atau masa libur sekolah, air terjun Resun selalu menjadi lokasi
rekreasi dan piknik.
“Kalau musim hujan, bunyinya lebih keras lagi,” kata seorang
warga Daik yang sedang berkunjung ke sana beberapa waktu lalu. Musim liburan sekolah
lalu pun dimanfaatkan beberapa warga untuk membawa keluarga ke air terjun ini.
Mereka tampak begitu menikmati airnya yang dingin walau sekedar mencuci muka
saja.
Menurut keterangan warga Daik, Fadli, air terjun Resun ini
memiliki sekitar tujuh tingkatan ke atas. Ketinggian air terjun itu pun berbeda-beda
untuk setiap tingkatannya. Dan yang paling mudah dijangkau ialah yang terbawah.
Di bagian ini, warga biasanya menghabiskan waktu kunjungan dengan mandi.
“Seger. Kalau saya mandi, saya selalu ke tempat air jatuh.
Jatuhnya enak dibadan. Kayak diterapi. Tapi kalau pas musim hujan, airnya
terlalu deras, jadi agak sakit,” tuturnya yang sudah beberapa kali mengunjungi
air terjun ini.
Untuk memanjakan setiap pengunjung, pemerintah telah
membangun beberapa gazebo. Di gazebo, biasanya warga menempatkan barang-barang
bawaan. Lalu, mereka pun akan menikmati air terjun atau sekedar berfoto. Tidak
ada bunyi-bunyian selain dari desiran air, celotehan burung, dan nyanyian
serangga hutan.
Hangat "Air Panas Dabo" Bisa Untuk Terapi
Tidak hanya di Daik, di pulau Singkep juga terdapat wisata
alam daratan. Di pulau yang pernah menjadi sumber penghasil timah ini tedapat
pemandian air panas, pemandian batu ampar, serta air terjun Cik Latif. Ada juga
air terjun Bedegam yang jalan masuknya desa Lanjut, tetapi jarak yang telalu
jauh membuat akses menuju ke lokasi itu menjadi cukup sulit.
Yang paling khas dari wisata air di Singkep ini ialah air
panas. Lokasi ini kerap menjadi pilihan warga setelah wisata pantai dan air
terjun yang ada di Dabo. Memang, perjalanan yang
cukup jauh sering membuat banyak untuk menunda ke sana. Meski demikian, setiap akhir pekan, lokasi yang beada di antara hutan karet di Singkep ini kerap mendapatkan kunjunga
Banyak warga yang sengaja datang ke sana hanya untuk
menikmati air hangat yang berada dalam kolam pemandian itu. Mereka betah
berendam berlama-lama di dalam kolam yang sudah disediakan beberapa pilihan.
Ada kolam dengan kehangatan air yang tinggi, kemudian sedang, dan ada punya
pula yang kehangatannya nyaris tidak ada lagi.
Semua pilihan itu, kata penjaganya, Edi Melong, sengaja di
desain untuk memberikan kenyamanan bagi setiap pengunjung. Apalagi bagi
anak-anak yang tidak tahan dengan rasa panas yang keluar dalam air. Menurut
Edi, tidak sedikit yang datang pemandaian air panas ini untuk menghilangkan
penyakit.
“Ada yang sengaja datang karena untuk menghilangkan
penyakit. Katanya, air hangat belerang ini bisa membunuh berbagai penyakit
kulit, bisa juga untuk sakit kepala. Ya untuk terapilah,” katanya beberapa
waktu lalu.
Jika mandi sauna hanya mengandalkan kehangatan yang
dikeluarkan dari uap, tetapi mandi di air panas ini tidak demikian. Pengunjung
malah bisa berendam. Tidak perlu khawatir dengan kualitas air, karena pengelola
pemandian ini selalu membersihkan airnya, khususnya pada saat sepi pengunjung.
Tidak berapa lama lagi, lokasi menunju ke sana akan lebih
nyaman karena jalannya sudah dilakukan pemadatan. Begitu juga dengan beberapa
lokasi obyek wisata lainnya itu, smua obyek wisata di Singkep ini kini sedang
dalam tahap pembangunan jalan oleh pemerintah untuk memudahkan pengunjung
mencapai lokasi wisata. Dari tiga obyek wisata alam itu, yang terjauh ialah
pemandian air panas dengan jarak sekitar delapan kilo meter dari Dabo.
Menikmati Air Segar di Lingga
Pesona alam di kabupaten Lingga terhampar luas di seluruh wilayahnya. Lingga memiliki panorama bawah laut yang indah di perairan pulau Benan. Lingga juga memiliki memiliki keindahan alam pegunungan. Tak seperti daerah lainnya di Kepri, Lingga nyaris memiliki sebagian besar pesona alam di Kepri.
Gunung Daik, yang menjadi ikon kabupaten Lingga, sudah
tampak indah dengan dia cabangnya. Setiap pengunjung yang baru menapakkan
kakinya di Daik, langsung terpikat dengan keindagannya. Apalagi pada saat kabut
tipis melintas di kaki gunung, terlihat puncaknya yang begitu menawan.
Dari pegunungan Daik itu, terdapat beberapa aliran air. Dan,
di antara aliran itu, muncul pula air terjun dengan beragam kekhasannya. Ada air
terjun Resun, air terjun Jelutung, air terjung Kado, serta air terjun Tande.
Bahkan, air terjun Jelutung dinobatkan oleh beberapa petualang sebagai air
tejun tertinggi di Kepri.
Editor buku Jelajah LIngga Bunda Tanah Melayu, Edi Sutrisno,
menyebutkan ketinggian air terjun ditingkat pertama mencapai 60 meter. Dulunya,
tulis Edi, air terjun ini disebut warga dengan air terjun Ranoh. Namun, karena
di sekitar lokasi muncul banyak pohon jelutung, warga pun lebih suka menyebut
air terjun ini sebagai air terjun Jelutung.
Akan tetapi, medan perjalan menuju ke lokasi masih tidaklah
mudah. Butuh beberapa jam untuk sampai di tingkatan pertama air terjun yang
terletak di desa Mentuda ini. Air terjun ini pun pernah dilirik oleh investor
untuk pembangkit listrik tenaga air karena debit airnya yang cendung tidak
surut walau di musim kemarau.
Di antara aliran sungai yang bersumber dari mata air
pegunungan Daik itu, terdapat juga beberapa lokasi rekreasi dan piknik, seperti
pemandian Lubuk Papan dan pemandian Lubuk Pelawan. Keduanya berada pada aliran
air sungai Tande. Kedua pemandian ini juga memiliki nilai sejarah yang erat
dengan masa kerajaan Riau-Lingga saat Daik menjadi ibu kotanya.
Menurut Lazuwardi, pecinta sejarah Lingga, pemandian Lubuk
Papan merupakan lokasi untuk aktivitas keseharian kalangan yang bertugas
istana. Lubuk Papan memang berada tidak jauh dari area istana Damnah.
Pemerintah juga telah menyulap area pemandian ini menjadi
lokasi yang layak untuk dinikmati bagi setiap pengunjung. Beberapa tempat duduk
juga telah dibangun lengkap dengan toilet serta kamar ganti bagi pengunjung
yang hendak mandi. Air yang mengalir pun berasal dari mata air pegunungan Daik
sehingga rasa segar dan sejuknya tetap terasa.
Sedangkan pemandian lubuk Pelawan, dulunya merupakan lokasi
pemandian Engku Ampuan Zahara. Akan tetapi, lokasi ini kurang mendapatkan
perawatan yang baik karena beton-beton yang ada pun telah terkikis oleh
derasnya air saat musim hujan. Untuk bernostagia dengan masa lalu, tidaklah
salah bisa mendatangi lokasi ini.