BEBATUAN terlihat jelas di tepi pantai ketika perahu mendekati Pulau Berhala, Sabtu (15/10/2011) itu.
Perahu pun harus berhati-hati ketika hendak merapat ke pantai karena batu dan karang yang berserakan siap menghadang.
Apalagi ombak hari itu begitu kuat dan siap menghempaskan perahu sewaktu-waktu. Dengan kondisi air yang bening, bebatuan itu tampak jelas di dasar air.
Pulau Berhala terletak di bagian selatan Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Nama pulau ini mencuat ketika polemik perebutan terjadi antara kedua pemerintahan hingga akhirnya pemerintah pusat memastikan Berhala masuk dalam wilayah administratif Provinsi Jambi.
Menurut informasi, nama Berhala diambil dari gelar seorang bangsawan keturunan Turki. Selain memiliki panorama pantai yang indah, pulau ini memiliki nilai sejarah yang penting, baik dari masa Kesultanan Melayu hingga masa penjajahan.
Mungkin, letak strategis pulau inilah yang menjadikannya memiliki peranan penting.
Hamparan bebatuan di Pulau Berhala tak hanya terdapat di tepi pantai Berhala, tetapi juga di pulau-pulau kecil yang berada di sekitarnya.
Pantauan dari pompong yang mengantar Tribun, hamparan pasir putih juga tampak indah di pantai Pulau Telur yang berada di sebelah timur Berhala. Sedangkan di Pulau Layak, tampak batu-batu cadar berukuran besar dengan berbagai bentuk.
Di antara pulau Layak dan Berhala inilah pelabuhan Pulau Berhala berdiri. Pelabuhan ini sudah dibangun dengan beton-beton kokoh.
Ketika lepas dari pelabuhan, gapura "Selamat Datang" berdiri kokoh dan siap menyambut siapa saja yang datang ke pulau ini.
Beberapa plang bertuliskan serupa juga dijumpai ketika memasuki perkampungan warga. Bahkan, di tengah perkampungan pun ada gerbang "Selamat Datang" yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Lingga.
Ketika Tribun sampai di area pemukiman, warga sedang asyik menunggu perhelatan hiburan yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Lingga.
Saat itu bertepatan dengan malam hiburan dalam rangkaian acara Lingga Fishing Festival yang digelar sejak Jumat hingga Sabtu (14-16/10/2011).
"Ini malam penutupan," ujar seorang warga yang ditemui Tribun.
Menurut keterangan warga, kebanyakan orang itu adalah para pendatang yang ingin meramaikan kegiatan tersebut. Ketika acara sudah selesai, mereka pun akan meninggalkan pulau ini.
Sedangkan warga pulau Berhala sendiri hanya sekitar 40 kepala keluarga dengan penduduk 100-an jiwa lebih. Mereka menempati sisi timur dari pulau yang memiliki luas 47.990 meter persegi.
Pulau ini merupakan pusat administrasi pemerintahan tingkat desa dengan seorang kepala desa yang bernama Encik Syarif.
Selain kantor desa, di sini terdapat sebuah Puskesmas Pembantu yang siap melayani warga, satu bangunan masjid, satu bangunan koperasi, dan gedung sekolah dasar serta sekolah menengah pertama (SMP). Kedua sekolah ini menempati gedung berdampingan dengan delapan lokal.
"Semua pembangunan ini dari Pemerintah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. Rumah-rumah warga pun sebagian besar adalah bantuan dari pemerintah. Yang ditempati warga hanya di bagian timur ini saja," kata Encik Syarif.
Menurutnya, pembangunan itu sudah dilakukan sejak 2002 saat Berhala masih di bawah Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi Riau.
Di pulau ini, ada bebukitan dengan berbagai jenis pepohonan nan hijau. Bukit itu sering kali menjadi petunjuk bagi pelayar yang melintasi daerah laut sekitarnya.
Sementara warga yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan tidak mengeksploitasi hutan itu. Mereka hanya mengambil kayu-kayu dari hutan sesuai dengan kebutuhan saja.
“Ikan di sini banyak. Karena itu pula Lingga Fishing Festival diselenggarakan di sini. Tapi memang, kondisi angin lagi kurang baik. Laut dan pantai di sini memang indah dan banyak ikannya,” kata Encik lagi.
Tulisan ini sudah pernah terbit di batam.tribunnews.com