Ketika pengumuman itu disebar oleh teman-teman melalui grup
di aplikasi WhatsApp, tentu saja membuatku penasaran. Itulah waktu yang
ditunggu-tunggu. Pengumuman akhir dari seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS). Dag dig dug juga dibuatnya. Sebab, jaringan internet di
gawai ku sedang kurang bersahabat.
Gaya bebas |
Pendek kata, ada namaku tertera sebagai calon yang
dinyatakan lulus itu. Itu tahapan akhir dari tiga rangkaian seleksi, dari
seleksi tertulis hingga seleksi kemampuan bidang; wawancara dan micro teaching.
Kulalui tahapan itu di tengah kesibukan kerja yang tidak lagi bisa mengambil
cuti karena sudah kupakai pada keperluan-keperluan lain sebelumnya.
Ya, gembira dengan kabar kelulusan itu tentu saja bukan
hanya diriku, tetapi juga istriku dan ibunda. Keduanya adalah yang paling
memberikan spirit untuk ikut seleksi itu. Dan yang tidak kalah penting adalah
sahabat, teman, kawan, dan karib yang memberikan motivasi dan pertimbangannya.
Seketika itu juga, istriku menjadi orang yang tersibuk. Ia
yang berada di Probolinggo harus pontang-panting mendapatkan legalisir ijazahku
karena waktu pengumpulan berkas begitu singkat. Pengumuman itu keluar Jumat,
dan Rabu seluruh berkas harus sudah diserahkan.
Selama mengumpulkan berkas-berkas penting itu, aku begitu
merasakan betapa pentingnya arsipasi dan dokumentasi dari beberapa kegiatan. Mungkin
diriku masih termasuk orang setengah beruntung karena sebagian arsip pribadi
masih kumiliki. Namun, karena sedari awal tak terbayang akan beralih profesi dari
jurnalis ke bidang lainnya dan tak terbayang pula begitu banyaknya berkas yang
dibutuhkan untuk menjadi CPNS, maka tentu saja masih ada yang tercecer.
Meminjam istilah Prof. Syafi’i Ma’arif, inilah titik kisar bagian
perjalanan hidupku. Di usia yang mendekati batas akhir untuk ikut selesksi CPNS
itu, tentu hal itu menjadi fregmen baru dalam sejarah. Setiap manusia memiliki
titik kisar itu. Dan terserah mau di baginya menjadi berapa bagian dari tonggak
penting dalam sejarah diri, saya yakin setiap manusia memilikinya.
Tonggak penting sejarah itu bukan sesuatu yang kebetulan dan
serta merta. Di sana, ada sebuah proses, ikhtiar, daya upaya, yang mengarah pada
terciptanya titik kisar itu. Misal, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, melakukan
hijrah ke Madinah setelah proses menyampaikan risalah kepada kaum di Mekah,
lalu peristiwa itu dijadikan sebagai tonggak sejarah tahun hijriah. Contoh
lain, kemerdekaan Indonesia bukankan serta merta didapat begitu saja, melainkan
dengan iktiar keras (jihad) melawan penjajahan, lalu menjadi titik kisar penting
dalam sejarah Indonesia.
Setidaknya, di pengujung 2017 dan pengumuman CPNS itu telah
menjadi titik kisar perjalan hidupnya karena pengumuman itu akan mengubah
beberapa hal yang telah menjadi bagian dari rutinas. Dari bidang profesi
jurnalis ke bidang akademis. Dari Batam harus berhijrah ke Bintan atau
Tanjungpinang.
Satu yang masih sama, aktifitas menulis. Kegiatan ini sudah
lama kujalani dan bahkan pernah menjadi wakil dari Sekolah Dasar (SD) untuk
lomba menulis cerita pendek kala kegiatan pekan olah raga dan seni (Porseni)
kala itu walaupun sebagai pemain cadangan sebab ternyata hanya tidak terbagi
kategori putra dan puteri, melainkan hanya satu perwakilan. Sedangkan saat sekolah
menengah, kegiatan tulis menulis dilanjutkan dengan menyadur cerita ataupun
menulis ulang untuk ditempelkan di majalan dinding. Produktifitas menulis itu
tumbuh subur ketika di bangku kuliah.
Maka, sengaja kutinggalkan jejak melalui tulisan ini agar
mudah bagiku untuk tetap mengenang dan mengingatnya. Ini bukan soal sok pamer
dan sok hebat, tetapi sekadar mengingatkan titik kisar perjalan hidupku dan berbagi
kata-kata yang mungkin bermanfaat. Sebab, menurut dugaanku, kegemaran inilah
yang mengantarkannya ke titik kisar perjalan hidupku di awal 2018. []
0 komentar:
Posting Komentar