Snorkeling di Pulau Petong, Mengapa Tidak? (1)

Pulau Petong ini berada di sisi selatan Batam. Lebih kurang perjalanan satu setengah jam dari titik keberangkatan kami di Kepri Mall hingga sampai di jembatan enam. Tentu saja, kita akan melewati jambatan satu Barelang yang telah menjadi ikon Batam.

Rasakan Sejuk Air Gunung Daik di Resun

Air terjun Resun, begitu nama yang dilebelkan untuk air terjun yang terletak di desa Resun itu. Airnya mengalir dari pengunungan di tanah Lingga. Air terjun Resun ialah satu di antara sekian banyak aliran air terjun dari gunung Daik.

Kampung Boyan di Dabo Singkep

Para perantau ini seringkali meninggalkan jejak berupa nama kampung, yakni Kampung Boyan. Nah, itulah yang menjadi pijakan, tradisi rantau warga Bawean memiliki jejak, baik berupa nama maupun tradisi. Di Dabo Singkep, terdapat juga sebuah kampung bernama Kampung Boyan.

Menikmati Keindahan Masjid Agung Natuna

Masjid ini memang megah. Bahkan termegah yang ada di Kepri. Sebab itu, masjid ini selalu terlihat sangat cantik dari berbagai sisinya. Anda bisa mencari berbagai foto menarik masjid ini di internet. Saya sungguh kagum.

Puasa dan Pembebasan Sosial

Puasa mempunyai konteks tanggungjawab pribadi dan juga tanggungjawab sosial. Karenanya, dalam berpuasa, disamping mewujudkan kesalehan vertikal kepada Allah, juga untuk mewujudkan kesalehan herisontal kepada sesama manusia dan mahluk Allah.

Minggu, 23 September 2012

Warga Senempek Lingga Ambil Air Sejauh 3 KM



Kemarau sejak dua bulan terakhir melanda Kabupaten Lingga hingga sebagian warga kesulitan mencari air bersih. Warga pun antre guna mendapatkan air untuk keperluan MCK walau sudah harus menempuh jarak 3 kilometer menuju sumber air. Sudah begitu, airnya pun warna kekuning-kuningan. 


"Sudah dari dulu lah kami begini. Airnya pun bukan bagus, warnanya kuning macam inilah,” kata Nur, ibu rumah tangga yang berjalan kaki menuju sebuah perigi, Rabu (19/9). Sumur dengan kedalaman 4 meter itu tidak banyak airnya. Ia bersama dengan Aina pergi untuk mencuci.



Jauh dari lokasi Nur, sebuah kubangan air yang berjarak tiga kilometer pun menjadi tempat favorit warga. Itu adalah lokasi terdekat dengan debit air yang lebih banyak. Di sana, mereka mandi, mencuci dan mengambil air untuk keperluan di rumah. 



Menurut ketua RW 04, Razikin, mereka yang memiliki kendaraan sajalah yang datang ke lokasi itu. Sedangkan yang tidak punya kendaraan, terpaksa harus membeli.



“Ada yang tukang angkut. Satu jeriken 25 liter seharga Rp 5 ribu. Itu airnya tidak bisa untuk minum. Kalau air minum ambilnya dekat sana lagi. Ada yang juga ambil dekat sekolah (SMP 3 Satu Atap Lingga Utara),” terang Razikin. Dari pantauan Tribun, air untuk minum itu pun masih berwarna kekuningan.



Kepala Desa Limbung, Andi Muliya, mengatakan pada 2008 ada pembangunan penampungan air untuk minum, tetapi saat ini tidak lagi berfungsi karena debit air maupun sumber air kurang bagus. Tahun ini, ada kabar gembira untuk rencana pembangunan parigi, tetapi rencana itu gagal seiring defisit anggaran di pemerintahan kabupaten Lingga.



“Saya dapat kabar pembanguan itu gagal. Kami kecewa, kami butuh air bersih. Karena defisit dipangkas,” katanya Andy. Ia pun berharap pemerintah perhatian dengan daerahnya itu.



Di Senempek terdapat 180 kepala keluarga (KK) dengan sekitar 400 jiwa. Mereka selama ini harus berjuang untuk mendapatkan air. Tidak jarang juga mereka harus mengambil ke daerah lain menggunakan sampan. Warga kecewa dengan janji-janji politik yang tidak kunjung terealisasi.




  “Coba kita lihat 2013 (menjelang pemilu), pasti banyak yang iya-iya (mau membantu masyarakat). Kami ini butuh air bersih,” ujarnya ketua RW 05, Izhar, dengan nada kecewa terhadap janji-janji politisi dan pejabat pemerintahan. (tribunnewsbatam.com)

Sabtu, 22 September 2012

Asyiknya Menulis Resensi Buku


Berbagi cerita, bukan bermaksud ingin menyeniorkan diri, melainkan mempercepat transformasi pengetahuan. Ya… itulah maksud dari tulisan yang saya buat di Sahabatmuda.net ini, yakni perihal asyiknya menulis sebuah resensi buku.
Resensi buku tak ubahnya menulis rangkuman mata pelajaran layaknya zaman saya sekolah dulu. Kalau sekarang, banyak siswa hanya bermodal mengisi lembar kerja siswa (LKS) atau sejenisnya karena yang tersaji dalam LKS merupakan sebuah rangkuman dari buku ajar yang tebal.
Menulis resensi buku ialah tulisan yang menyajian pesan dalam sebuah buku menjadi sebuah ringkasan yang mampu menggugah pembaca untuk mengetahui isi buku.  Resensi buku bertujuan untuk memudahkan pecinta buku dalam menentukan pilihan referensi bacaan yang sesuai dengan seleranya.
Apa keuntungan meresensi buku?
  1. Penulis bisa mendapatkan pengetahuan yang terkandung dalam buku tersebut, baik secara teoritis, sajian data, maupun lainnya karena peresensi dituntut memahami secara utuh isi buku tersebut. Artinya, perensensi harus membaca buku itu.
  2. Mempercepat transformasi pengetahuan kepada orang lain (pembaca). Pembaca resensi akan mendapatkan infomasi penting yang disajikan buku. Hal ini biasanya akan menjadi referensi pembaca untuk membeli atau tidak buku yang diresensi.
  3. Jika tulisan tersebut dimuat di media massa, tulisan akan dibaca orang lebih banyak. Tidak sedikit pula media yang memberikan honor kepada peresensi. Artinya, peresensi bisa mendapatkan uang juga.
  4. Biasanya, untuk setiap resensi buku yang dimuat di surat kabar, penerbit akan memberikan dua buku secara gratis. Dengan begitu, koleksi buku kita akan bertambah banyak dan tentunya juga bisa kita gunakan sendiri untuk menambah pengetahuan dan juga bisa kita pinjamkan kepada orang lain.
  5. Jika buku yang diresensi adalah novel, maka akan menambah perbendaharaan bahasa. Biasanya, dengan membaca novel kita akan menemukan banyak padanan kata yang bisa membuat tulisan menjadi berirama. Dengnan sendirinya, dalam komunikasi verbal pun, kita tidak akan kesulitan dalam memilih kosa kata.
Bagi pembaca buku dan ingin memulai menulis, maka meresensi buku merupakan cara mudah yang paling tepat. Setidaknya itu menurut saya. Maka, buatlah catatan kecil, atau tandai setiap halaman buku yang dianggap menarik lalu, jadikan setiap yang kita tandai itu sebagai bahan untuk menuangkannya dalam sebuah resensi.
Apabila telah menjadi satu tulisan utuh, jangan segan untuk menampilkannya pada blog pribadi ataupun mengirimkan ke media lain (termasuk ke Sahabatmuda.net). Yang perlu diingat ialah jangan menulis terlalu panjang (sekitar 3500 karakter) dan jangan terlalu menyibukan diri dalam memilih diksi (pilihan kata yang digunakan), pilih saja kata yang dianggap sesuai.
Meresensi buku bukanlah harus memuji, melainkan juga bisa mengkritik, membandingkan dengan buku lainnya. Tidak pula penilaian terhadap buku, tetapi penilaian kepada penulisnya melalui buku tersbut. Misalnya, “Buku ini tidaklah jauh berbeda dengan gagasan para pakar sebelumnya. Hal baru dari buku ini hanya sebatas obyek penulisannya saja”.