Minggu, 11 Juni 2017

Perjalanan Panjang Pencarian Tuhan

Perjalanan Panjang Pencarian Tuhan
Oleh Abd. Rahman Mawazi*
 
 
Judul Buku : Tuhan Di Mata Para Filosof
Penulis : Etienne Gilson
Penerjemah : Silvester Goridus Sukur
Penerbit : Mizan, Bandung
Cetakan : I, November 2004
Tebal : 237 Halaman
Filsafat selalu mendapat perhatian dikalangan pemikir, hampir disetiap ranah ilmu pengetahuan mempunyai landasan filosofis kecuali ilmu eksak. Tak luput juga dari landasan filosofis itu yakni teologi metafisika. Teologi metafisika adalah ilmu yang murni membutuhkan suatu rasionalisasi, tanpa rasionalisasi niscaya tidak akan dapat mengungkap misteri dari metafisika itu sendiri.
Perjalanan panjang para filosof dalam mencari Tuhannya telah melahirkan suatu aliran filsafat yang sangat berguna bagi manusia dalam memaknai “nilai-nilai” keberadaan Tuhan. Teologi adalah suatu pendekatan menuju pemahaman ketuhanan. Hal ini dimulai dari munculnya pertanyaan tentang siapa yang mengatur dunia ini? Tales, Aristotales, Plato dan kebanyakan filosof Yunani lainnya selalu mencari jawabannya. Suatu kesimpulanm yang sangat bertentangan dengan keyakinan masyarakat Yunani pada umumnya kala itu, filosof – periode akhir – awal Yunani membuat suatu kesimpulan bahwa ada yang lebih berkuasa dibandingkan para dewa yang diyakini oleh masyarakat Yunani.
Etienne Gilson, penulis buku ini, menelaah perjalanan dan pandangan para filosof tentang Tuhan. Hal ini ia lakukan karena kekawatirannya terhadap perkembangan para pemikir dalam mencari Tuhan-nya yang mulai lepas dari rel pengetahuan filosofis. Premis yang dibangun oleh filosof masa awal (baca Yunani) mulai mengalami pergeseran paradigma filosofis dikalangan pemikir abad modern dan kontemporer.
Pembacaan terhadap bukti keberadaan Tuhan melalaui telaah atas bukti nyata yang ada di jagad ini telah menghasilkan teologi natural. Melalui metode itu filosof Yunani kemudian membuat suatu kesimpulan. Namun, ketika agama mulai mendapat keyakinan dihati manusia justru Tuhan dapat diterima dengan lapang dada oleh umatnya. Mulailah berkembang kemudian teologi agama untuk menjawab keberadaan dan eksistensi Tuhan. St. Augustinus seorang folosof kristen, misalnya, mampu memberikan pemahaman yang dapat diterima dengan akal dan penuh landasan filosofis dari sebuah ajaran Kristen.
Berbeda dengan para filosofis, agamawan dan umat beragama dapat menemukan Tuhan-nya dengan prakter ibadah spiritual sedang para filosof memulainya dengan nalar kritis serta sitematis kemudian mampu menjangkau Tuhan. Keduanya, filosof dan agamawan, sama-sama telah menemukan Tuhan-nya dengan jalan masing-masing. Kemudian datanglah perdebatan baru pada era filsafat modern sejak mulainya memasuki perkembangan filsafat. Hal inilah yang dialami sendiri oleh Etienne ketika para pemikir semasanya mulai merekontruksi paradigma filosofis teologi metafisika. Menurut Jaroslav Pelikan, dalam prakatanya di buku ini, hal ini disebabkan oleh dominasi pemikiran Emmanuel Kant sehingga penerusnya Karl Marx, Charles Darwin, Sigmund Frued dan Friedrich Nietzsche melakukan aksi “penghujatan Tuhan”.
Berbeda dengan Descartes dan Spinoza, keduanya secara eksplisit mengakui keberadaan Tuhan. Seperti dikutip oleh Etienne, Descartes secara ekplisit mengatakan “Karena kita tidak mungkin memisahkan eksistensi dari ide tentang Tuhan, maka Tuhan niscaya ada atau ber-ada (eksis)”, begitu pula dengan Spinoza yang memandang Tuhan adalah Ada yang maha tidak terbatas, atau subtansi yang merupakan “penyebab bagi dirinya sendiri” karena “esensinya meliputi eksistensi”. Komentar Etienne lebih lanjut tentang keduanya bahwa bisa jadi mereka keliru secara filosofis atau benar secara religius, atau sebaliknya benar secara filosofis, keliru secara religius.(hlm.159) Akan tetapi secara jelas Descartes juga mengungkapkan bahwa Tuhan, agama atau bahkan teologi bukan merupakan obyek yang tepat bagi spekulasi filosofis, biarkanlah agama tetap sebagaimana adanya yakni perkara iman semata-mata, bukan pengetahuan intlektual atau pembuktian rasional.
Lain halnya dengan apa yang kemudian berkembang dikalangan pemikir kontemporer dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat, sehingga Tuhan pun menjadi obyek ‘perdebatan’. Disinilah pengaruh filsafat Kant dan Aguste Comte mendominasi. Kritisisme Kant dan Positivisme Comte memiliki kesamaan tentang gagasan pengetahuan yang direduksi menjadi pengatahuan ilmiah dan gagasan pengetahuan ilmiah menjadi intelijibilitas yang disiapkan oleh fisika Newton. (hlm.168)
Ilmuan kontemporer, Sir James Jeans memadukan masalah-masalah filsafat dalam perspektif sains kontemporer dengan kesimpulan bahwa alam semesta sains merupakan sesuatu yang misterius. Nah, selayaknya fungsi sains menyingkap misteri alam semesta ini agar kemisteriusannya dapa terpecahkan atau menjadi tidak misterius lagi. Namun penolakan ilmuan dengan tidak menerima hal-hal metafisika karena dinilai tidak empiris, irasional dan tidak ilmiah akibat pemisahan antara urusan ilmu pengetahuan dengan agama atau Tuhan.
Kehadiran buku ini memberikan gambaran singkat tapi jelas tentang pandangan para filosof dan pemikir tentang Tuhan. Teka-teki metafisika di tulis dengan begitu jelasnya sehingga pembaca dapat memahami landasan-landasan filosofis tentang keberadaan dan eksistensi Tuhan serta perjalanan para filosof dalam mencari Tuhannya. Jangan sampai orang modern tersihir oleh sains, karena masalah tuhan tidak akan pernah bisa dirumuskan dalam satu rumusan ilmiah.

Naskah lama yang saya tulis 2004 silam.

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html

Posting Komentar