Ternyata jenis jengkolnya yang bulat dan montok |
Ini sih kata kuncinya jengkol. Sering pula dipelesetkan dengan sebutan jengki. Ini adalah buah fenomenal. Memiliki aroma yang khas dan banyak peminatnya. Jenis masakan olahannya pun cukup beragam. Olahan jengkol ini paling mudah ditemukan di rumah makan Padang. Namun, apakah hanya orang Padang saja peminatnya? Tentu tidak. Kata seorang kawan, orang Batak juga banyak yang doyan jengkol. Hingga akhinya aku berkesimpulan, jengkol bisa diterima bagi penyukanya.
Jengkol. Inilah buah yang menjadi pioner dari sebuah peluang
usaha yang telah kudambakan sejak masih tugas di pulau yang bernama Singkep, Kabupaten
Lingga. Jumat (14/7) lalu, dua karung atau satu kuintal lebih jengkol kuterima
dari Dabo Singkep. Alhamdulillah.... dengan senang kulihat dua karung itu turun
dari truk yang membawanya. Tapi juga plus bingung karena belum jelas pasarnya. Ya,
yang namanya usaha itu harus dengan memperhitangkan untung rugi dong.
Begitu sampai dan dipromisikan melalui media sosial,
langsung ada yang merespon dan memesan. Pembeli pertama adalah kawan ini. “Sip...
pecah telor sudah,” kata ku begitu selesai menimbang empat kilogram untuk dia. Dan
penjualan seterusnya cukup lancar hingga hari kedua barang sudah ludes. Tentu
ini juga berkat dukungan dari teman-temandekat juga.
Bagaimana strateginya? Ini sih gampang-gampang susah
menuliskannya. Dalam berdagang, kita tak bisa diam ataupun pasif. Harus aktif. Di
pasar, sekalipun banyak pedagang dengan barang jualan yang sama, terkadang mereka
juga memanggil calon kunsumen. Lalu menyakinkan agar sudi berbelanja. Artinya,
tetap butuh pemasaran.
Di dua onlie saat ini, ada banyak hal bisa dilakukan dalam
strategi marekting. Banyak sekali tips yang beradar di dunia maya. Tentu sebagai
kiat-kiat untuk meningkatkan penjualan. Jualan apa saja memang bisa dilakukan
di sana. Seperti jualan bunga, jasa karikatur, ataupun jualan kartu internet. Satu di antarnya
kiat yang sering disebutkan oleh para motivator itu ialah memanfaatkan orang
terdekat; bisa kakak atau adik, teman, sejawat, mitra kerja, dan lain
sebagainya.
Pola itu pula yang kupakai dalam tahap awal menjual jengkol
ini. Mula-mula, woro-woro perihal jengkol itu kusampaikan kepada teman-teman SD
yang tergabung dalam grup Messenger, lalu teman-teman kerja di grup Whatsapp. Dan
ketika barang datang, lantas kufoto dan kuunggak forum jual beli yang tersebar
di Facebook. Dan, kedatangan pertama jengkol Dabo Singkep ini disambut baik. Bahkan, sudah ada pedagang pasar di Bengkong yang bersedia menampung. Kalau rezeki memang tak ke mana.
Hasil dari jualan jengkol Dabo Singkep |
Wujud Sebuah Impian
Sudah lama memang saya ingin mengoneksikan antara Dabo dan
Batam melalui usaha perdagangan. Dulu, dan dulu sekali, sejak kapal roro
melayani pelayaran Dabo-Batam, saya sudah mendambakan bisa melakukan
perdagangan itu. Saya terterik untuk buah-buahan dan sayuran yang sekiranya
bisa tahan dalam dua taupun tiga hari.
Peluang itu saya tangkap ketika melihat potensi di Dabo yang
masih sangat mungkin untuk dijadikan sentra buah-buahan, palawija dan sayur
mayur. Walaupun tanah Singkep tidak seperti tanah di Jawa, tetapi menurut
seorang teman yang juga petani, tanah di Singkep masih bisa olah. Atau, kata
dia, tanamannya bisa disesuaikan dengan kondisi tanah.
Dulu, saya pernah mencoba untuk menanam tomat jenis yang
kecil. Ternyata tumbuh subur dan hasilnya melebihi dari modal yang dikeluarkan.
Itulah peluang yang bisa tampak dan kemudian saya impikan. Komunikasi dengan
teman di sana terus berjalan. Cita-cita itu pun tidak pernah padam. Hingga
akhirnya bisa terwujud untuk pertama kalinya melalui jengkol ini. Dan sebentar
lagi, akan dicoba juga untuk hasil pertanian lainnya. Tetap semangat. Tetap baca peluang. Saya yakin, pintu rezeki itu selalu terbuka bagi orang yang berikhtiar.
Jengkol...jengkol... Jengki... Jengki... Membawa jengki ke pasar international mantab juga pak Maman....
BalasHapussiapa tau ada rezeki saya di Jengkol. hehehehe
Hapusjadi juragan jengkol lah setelah ini hehe asyik, atau bloger jengkol bagus juga wkwkw
BalasHapusharus aku komen pakai blog ini, kok yang lama yang muncul wkwkwk
Hapushehehe (y)
Hapus