Pedagang ayam daging di pasar Tos3000 Jodoh. Pasar ini menjadi pasar induk bagi masyarakat Batam saat ini. |
Telah beberapa tahun
Pasar Tos3000 di Jodoh menjelma menjadi pasar pagi yang penuh sesak dengan
pengunjung. Inilah pasar tersibuk di Batam dan menjadi "pasar induk"
mendadak, menggantikan pamor pasar Tanjungpantun Jodoh yang sudah dikenal masyarakat
Batam sejak 1980-an dan setelah kegagalan pasar induk yang dibangun
pemerintah.
Geliatnya pasar ini
sudah dimulai sejak dini hari, ketika pada pedagang sayur mayur mulai
berdatangan membawa sayuran segar dari berbagai daerah di Batam. Sebagian besar
sayuran itu di datangkan dari Tembesi, Rempang ataupun Galang. Sedangkan
umbi-umbian seperti kentang lebih banyak didatangkan dari Medan ataupun Jambi.
Memang, kebutuhan makanan di Batam masih membutuhkan pasokan dari luar daerah.
Kemarin (23/10) pagi,
para penjual sudah menggalar dagangan di rentang jalan antara Tos3000 hingga
Top100 Jodoh. Dua ruas jalan itu dimanfaatkan oleh pedagang sayuran dan rempah
untuk menggelar dagangan. Tak pelak, jalan itu pun tidak bisa dilalui oleh
pengendara roda empat. Sedangkan untuk roda hanya bisa sebatas melewati sisi
selatan jalur itu tatapi harus mendesakan dan bebagi dengan pedagang juga.
Kios dan lapak di dalam
pasar Tos3000 menjadi pasar basah. Sedangkan di sisi kanaan, kiri, dan depannya
menjadi tempat para penjual sayuran, rempah, dan buah-buahan. Ada juga yang
menjajakan jajanan pasar di sela-sela pedagang sayuran. Di pasar ini, tidak
sedikit orang yang menaruh harapan mengais rezeki.
"Awas ada copet.
Ibu-ibu hati-hati barangnya. Sekarang ini ibu-ibu pun sudah ada yang jadi copet,"
bunyi pengeras suara yang dibawa seorang pria itu menambah riuh suasana pasar.
Di tengah desak-desakan antara pembeli, di saat itu pula pencopet
beraksi.
Selain suara mikrofon
itu mengitari beberapa wilayah sepanjang jalan. Peringatan itu memang wajar
karena beberapa hari sebelumnya dua orang perempuan ditangkap sebab ketahuan
mencuri dompet pengunjung pasar. Dan keduanya pun harus berurusan dengan polisi
Lubuk Baja.
"Jagungnya delapan
ribu, delapan ribu," teriak seorang penjual memanggil pembeli. Teriakan
itu sudah khas di sebuah pasar. Teriakan demikian itu baru berhenti ketika
penjualnya sedang melayani pembeli.
Tentang saja, tidak
semua pedagang di Tos3000 ini berteriak-teriak karena sebagian besar barang
dagangan juga ada yang diberi papan harga. Pengunjung yang tertarik bisa membli
langsung atau tawar menawar. Tawar menawar adalah kekhasan pasar tradisional
berbeda dengan hipermarket modern yang semua telah terpasang harga.
"Kadang-kadang
saja. Sekali seminggu kalau sempat. Mumpung sekarang hari minggu," kata
seorang ibu saat berbincang dengan Tribun. Ia sengaja memilih menepi di dekat
pasar karena tak kuat untuk memasuki pasar basah Tos3000. "Kalau ke dalam
saya tak kuat. Biar mamak saja," lanjutnya.
Seorang pria yang
menggendong anak juga tengah menunggu istrinya yang berbelanja ikan segar. Ia
tidak tiga harus membawa anaknya berdesakan di tengah pegapnya ruangan pasar
basah dengan berbagai aroma menyeruak ke hidung. Pria yang mengaku bernama
Irwan ini dua pekan sekali atau ketika ada acara besar di rumah.
"Kalau di sini kan
lebih murah. Selisihnya lumayan juga. Di sini sawi satu ikat dua ribu. Kalau
beli tiga lima ribu. Ikatannya pun agak besar," ujarnya. Sedangkan di
warung-warung dekat rumahnya Baloi, walau dengan harga yang sama, tetapi ikatannya
lebih kecil. Ia bisa memaklumi karena pemilik warung juga mungkin kulakan di
pasar Tos3000 ini.
Kebutuhan masyarakat
yang tersedia di pasar Tos3000 ini cukup lengkap. Walaupun hanya bulanan, tidak
sedikit warga yang mencoba untuk berbelanja ke pasar pagi ini sacara langsung.
Kebanyakan mereka yang berleanja datang dari Batuampar, Jodoh, Nagoya, Baloi,
Pelita, dan juga Bengkong.
Hingga pukul 06.30 pagi,
masih ada sejumlah pedagang yang hendak membuka lapak. kebanyakan ialah
pedagang umbi-umbian, seperti ubi, kentang, talas, dan gubis. Sedangkan pembeli
datang silih berganti. Puncak geliatnya pada sekitar pukul 07.00. Tetapi sayang
kemarin mendung mengelayut di atas lagit Jodoh.
"Hujan, hujan,
hujan," teriak para pedagang sembari menyiapkan payung besar. Beberapa
pengunjung yang lain pun melakukan hal yang sama. Mereka harus menyelamatkan
dagangan agar tidak terkontaminasi oleh air hujan yang memiliki zat kimia yang
tajam, apalagi untuk sayur dedaunan. Biasanya, payung besar atau pun terpal itu
baru digunakan ketika sengatan mentari mulai menghangatkan tubuh. Tetapi
pagi kemarin, daun payung dibuka lebih awal sebab gerimis mengundang.
"Mudah-mudahan saja
tidak hujan. Kalau hujan pagi, kami repot mas," terang perempuan yang
minta di sapa Bu Dhe saja. Sebagai pedagang, tentu yang diharapkan ialah
pembeli. Apabila hujan di pagi hari, pembeli akan sepi sedang barang dagangan
akan layu dan tidak layak jual lagi.
Ia agak cemas sembari
berharap hujan tidak turun. Tetapi jika hanya gerimis, maka bisa jadi itu
justru petanda baik di hari Minggu ini. Sebab, ujarnya dia, hari terpanjang
untuk berjualan dalam sepekan ialah Minggu. Jika pada hari-hari biasanya hanya
sampai pukul 09.00 atau maksimal pukul 10.00, tetapi pada hari Minggu ia bisa
membuka lapak sampai pukul 11.00. Semua itu tergantung dari jumlah pembeli. Ini
sudah menjadi hukum ekonomi, semakin banyak yang membeli maka pedagang pun akan
semakin lama penggelar lapaknya.
Tetapi, mereka sudah
harus mulai mengemas barang dagangan secepatnya agar tidak mengganggu pemilik
ruko dan para pengunjung ke toko-toko di Samarinda, Avava, dan Ramayana.
Beruntung, kemarin itu hanya gerimis beberapa menit saja dan pengunjung pun
masih cukup banyak hingga pedagang berjualan sampai siang.
Ketika azan Dhuhur
berkumandang, pedagang sudah bersih. Yang tersisa hanyalah pedagang yang
membuka lapak di samping kanan Samarinda saja. Sedangkan di pasar Basah pun
sudah mulai dikemasi. Sampah-sampah mulai di kumpulkan pada satu titik agar
mudah diangkut para petugas. Geliat kehidupan pasar ini telah menyertai
kehidupan masyarakat Batam. (abd. rahman mawazi)
0 komentar:
Posting Komentar