Pernahkah Anda tertipu dari transaksi jual beli online? Jika
pernah. Silahkan berbagi informasi di kolom komentar. Jika Anda belum tertipu,
silahkan simak tulisan ini agar jangan tertipu. Belajar dari pengalaman diri
sendiri dan orang lain untuk lebih baik. Ah... Serupa itulah kiranya kalimat
bijaksana yang sering kita dengar.
Pada artikel kali ini, saya ingin berbagi cerita perihal
lapak-lapak yang “diduga penipu” di marketplace ternama di Indonesia; Tokopedia,
Shopee, Lazada, Bukalapak dan lainnya. Situs yang saya sebutkan itu memang bersaing
untuk menjadi tempat belanja online masyarakat Indonesia serta berupaya
menjemput pelapak sebanyak mungkin. Kebetulan saya dan beberapa teman termasuk
sering berselancar mencari barang melalui marketplace itu. Beberapa hari lalu,
saya sedang mencari beberapa produk elektronik melalui marketplace juga. Namun,
saya mendapati kejanggalan pada beberapa toko. Hal ini sudah sering saya jumpai
setiap kali melakukan perburuan barang di marketplace. Itulah mengapa saya
ingin berbagi kisah dan kiat terhindar dari pelapak palsu itu.
Sering kita dengar, marketplace tersebut merupakan tempat
transaksi online yang aman. Tidak sedikit pula pembeli memilih menjadikannya
sebagai tempat transaksi walaupun belanjanya dengan cara komunikasi langsung. Ops....
mungkin kamu bertanya, apa iya bisa ada penipuan di situ? Bukankah marketplace
seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, Bukalapak dan lainnya lebih aman? Oh...
tunggu dulu. Yang namanya penipuan itu bisa terjadi di mana saja. Para
penipupun berakal panjang untuk menjerat korbannya.
Kita percaya bahwa aturan yang diterapkan di marketplace,
seperti yang telah saya sebutkan itu, sangat ketat dan aman. Seorang teman
pernah bertransaksi melalui salah satunya. Ketika itu, ia membeli beberapa item
barang. Namun, setalah barang diterima, ada beberapa item yang tidak ada. Setelah
dikonfirmasi ke admin marketplace, memang diketahui bahwa penjual tidak
menyertakan barang itu. Akhirnya uang dia dikembalikan senilai barang yang
tidak terkirim dan ia pun mendapatkan voucher belanja senilainya, sebagai
kompensasi. Itulah gambaran betapa ketatnya aturan di marketplace itu. Ada juga
teman saya yang, untuk bayar tagihan listrik saja, menggunakannya karena bebas
biaya administrasilah, lebih gampanglah, kejar poinlah, dan macam-macam
alasannya.
Seketat-ketatnya aturan, tetap ada celah bagi para penipu. Dan
para penipu ini adalah “orang pintar”, bahkan termasuk “orang nekat”. Para penipu
yang mahir didunia cyber, mungkin bisa mengalihkan IP Address. Penipu yang
mahir dalam komunikasi, mungkin akan menuliskan kata dan kalimat yang memikat. Nah,
kitalah yang harus bijak menentukan.
Untuk mengindentifasi lapak-lapak penipu di marketplace terbilang
gampang-gampang susah. Di bilang gampang, karena mungkin kita telah mengetahui
karakteristik lapak atau toko, maupun produk-produk yang dipajang di
etalasenya. Di bilang susah, karena harga yang diberikan betul-betul
menggiurkan. Bagi orang yang “kebelet” ingin punya produk premium dengan harga
murah, maka akan gampang terpedaya oleh model yang begini. Ciri-ciri toko atau
lapak penipu ini biasa meliputi beberapa hal.
Jika sedang berselancar di salah satu marketpalce melalui
kolom pencarian, kita akan digiring pada produk yang paling dekat dengan kata
kunci. Misalnya, kita memasukkan S7 Edge. Maka produk yang terkait akan keluar.
Nah, di sanalah kita akan mendapati perbedaan harga dari setiap penawaran toko.
Harga murah dan termurah dari yang tampil, biasanya akan menjadi pilihan
pertama untuk kita klik. Nah... Penipu biasanya memanfaatkan kondisi ini untuk
memikat calon korbannya.
Lapak atau toko di marketplace akan selalu mencantumkan
spesifikasi produk sebaik mungkin. Kateranga itu pun dibuat detail namun tidak
panjang. Informasi yang cukup, biasanya akan menarik minat pembeli. Namun di
lapak gadungan, biasanya informasi itu dimulai dengan klaim. Klaim terhadap
pelayanan terbaik dan harga termurah. Di sepanjang keterangannya itu, nanti
akan ada model atau tipe produk-produk lain yang juga disebutkan bersamaan
dengan daftar panjang.
Mengapa dibuat keterangan begitu? Karena biasanya, kita
cendrung abai dengan bahasa keterangan yang atas sehingga akan memperhatikan
daftar harga produk lain yang dibuat. Padahal, kalau dicermati, dari pengalaman
saya, tidak sedikit keterangan itu yang dikopi paste dari keterangan orang
lain. Bahkan, ada yang diterjemahkan melalui perangkat.
Sedangkan pada keterangan yang pendek, biasanya akan
dipasang keterangan barang seadanya. Lalu ia akan mengarahkan untuk
berkomunikasi langsung via chat ataupun aplikasi sosial media, entah itu
whatsapp, BBM, Messenger, BeTalk, WeChat, dan lainnya. Intiny, pelapak gadungan itu akan mengarahkan
ke sana.
Periksalah penilaian ataupun komentar di bagian kolom-kolom
yang telah tersedia pada setiap produk. Setelah dua indikasi terpenuhi, dan jika
tidak ada penilaian, sudah sepatutnya untuk curiga. Jika tidak ada komentar
atau ada komentar yang jawabannya agak kurang memuaskan, patut juga dicurigai. Biasanya,
ketika chat di kolom yang tersedia, pelapak akan mengarahkan untuk menghubunginya
melalui chat di luar yang disediakan oleh marketplace itu.
Aduh... saya bawa-bawa pula kata “bayi”. Maafkanlah saya. Itu
hanya perumpamaan saja. Saya ingin mengatakan, bahwa toko atau lapak gadungan
yang bertebaran di marketplace itu kebanyakan umurnya baru berbilang minggu. Jarang
sekali saya menemukan yang berumur sampai dua bulan. Saya menduga ada beberapa
sebab. Pertama, toko-toko yang diindikasi penipu dihapus oleh admin marketplace
setelah ada laporan dari calon pembeli. Kedua, mungkin sengaja dihapus oleh si
pembuka lapak itu sendiri ketika sudah berhasil mendapatkan korban. Bayangkan saja,
kalau dari toko yang dia bina itu dapat transaksi senilai Rp 2 juta, kan
lumayan.
Setelah kita lihat profil dari toko atau lapak itu, maka
akan terlihat juga daftar produk dan item jualannya. Yang saya temukan,
toko-toko yang diduga penipu ini biasanya telah memiliki puluhan bahkan ratusan
produk dalam toko online itu. Sepintas, hal itu akan memberikan kesan bahwa
toko ini memiliki banyak barang, toko itu toko yang “profesional”, toko itu sudah
berpengalaman, dan lainnya. Namun anehnya, produk yang terlihat di kolom gambar
itu cendrung sama. Paling ada sekitar lima atau tidak sampai 10 item. Baik foto,
judul, dan keterangannya pun sama. Itulah trik mereka untuk mengelabui.
Setidaknya itulah ciri-ciri untuk mengidentifikasi toko atau
lapak penipu yang tersebar di marketplace. Dari ribuan hingga puluhan ribu pelapak
online di marketplace, mungkin tidak banyak penipunya. Namun, jangan sampai
kita pula yang menjadi korbannya. Mudah-mudah kita semua semakin cermat dalam
berbelanja online di era digital ini. Semoga saja tulisan singkat ini
bermanfaat.
Catatan: Tolong jangan diviralkan. Nanti para pelapak penipu
tersinggung. hehehehehe
Tunggu tulisan lanjutan perihal kiat berbelanja online, termasuk
memilih lapak-lapak terpercaya.